Kamis, 05 November 2015

Dini atau Nanti ? Bag. 1



Sebetulnya Cuma iseng pengen aktif di blogger lagi. Trus keinget xlo q sendiri masi punya stok pengalaman2 dulu waktu jadi “buruh momong” di sebuah sekolah kejuruan swasta di sebuah kota kecil.
Menjadi "buruh momong" memang menjadi pilihan terakhir tatkala q memilih sebuah jurusan untuk melanjutkan pendidikan tingkat tinggi di kota gudeg. Bimbingan Konseling itulan jurusan yang membawa q untuk menjelajahi dunia remaja dengan segala permasalahannya.
Okey, kita mulai dari cerita pertama. Semua kisah yang akan q tuliskan disini adalah kisah nyata. Tidak ada yang direkayasa, karena semuanya pengalaman q sendiri.
Namanya EV. Usianya baru 16 tahun (kira2) karena waktu itu dia masi kelas 1 SMK. Awalnya dia menjadi binaan q dan rekan2 seprofesi karena ada laporan dari temannya xlo anak tersebut berangkat sekolah tapi tidak sampai di sekolah. Hingga beberapa kali. Anak ini termasuk lihai dalam bersilat lidah dan beralasan. Kalian takkan menyangka xlo gadis berparas cantik, berkulit halus, bahkan hampir nyerempet parasnya artis sopia latjuba, namun bedanya dia tdk tinggi, hanya sekitar 145 cm tingginya. Sebetulnya dia anak dari keluarga baik2 dan ditanamkan agama sejak kecil. Lingkungan tempat tinggalnya berada di area modern Islamic boarding school terkenal di kota ini. Ayahnya juga bekerja disitu sebagai juru kebun.
Setelah melalui beberapa kali konseling tatap muka, terkuaklah bahwa sang anak mempunyai kegiatan “ekstra” diluar kegiatan sekolah. Dia mempunyai pacar. Wajar kan ya, xlo hanya sebatas itu. Tpi diluar kewajaran jika aktifitas pacarannya sama dengan aktifitas suami istri yang sudah sah.
Astaghfirullah, saya sebagai guru muda, sampai saat itu saya tidak punya kepikiran tentang hal2 seperti itu, saya sampai heran knp anak seusia dia sudah mengalaminya.
Bermula dari duduk berdampingan, jalan berpegangan tangan di tempat sepi, cium kening, cium pipi, lanjut cium leher akhirnya cium bibir. Dan awalnya EV diajak k rumah si pacar. Dirumahnya sepi pagi itu karena orangtuanya bekerja. Si pacar anak tunggal, wajarlah xlo keadaan rumah kosong saat pagi hari  Apalagi waktu itu mereka membolos.
EV mengunjungi si pacar di rumahnya yang katanya sedang sakit. Awalnya hanya duduk di tempat tidur, lama kelamaan tidur bareng. Ya, awalnya pun si EV katanya menolak tuk melakukan hubungan badan, namun karena bujuk rayu sang pacar yang sangat lihai, akhirnya kejadian itu terjadilah.
Pengakuan, hal itu tidak terjadi 1 atau 2 kali, tapi sudah menjadi kebutuhan pokok. Para remaja laki2 memang pintar dalam strategi seperti ini, mereka memuali setahap demi setahap hingga akhirnya sang wanitalah yang akan meminta untuk selanjutnya. Ketagihan, itulah istilahnya.
Kami akhirnya mengundang orangtuanya untuk dating kesekolah. Setelah kami menjelaskan duduk perkaranya, Si bapak EV tidak terima anaknya dituduh seperti itu. Dia berdalih anaknya adalah anak yang baik2. Karena dia sekolah dan mengaji di sore harinya. Namun sang ibu menunjukkan kecurigaan, si ibu mengutarakannya kepada kami. Bahwa dia mendapati anak gadisnya mengalami keputihan yang sangat bau, baunya sangat menyengat, bahkan sang ibu sudah mencoba mengobatinya.
Setelah mediasi yang cukup lama, pihak keluarga mau bekerja sama dengan sekolah karena sang anak masih mau bersekolah. Akhirnya si EV menjadi murid binaan kami.
Namun kesepakatan ini tidak bertahan lama, karena di kelas 2 hal tersebut terulang lagi dengan pacar yang sama hingga hamil 4 bulan. Jalan keluarnya adalah si EV mengundurkan diri dan untuk segera dinikahkan.
Cerita ini tidak berakhir disini. Karena ternyata perilaku seperti ini bisa menyebabkan penularan masal. Bagaimana tidak, ketika 1 anak bercerita nikmat dan indahnya berhubungan badan, teman2 yang mendengarkannya akan menjadi penasaran dan meningkatkan nafsu seksual mereka. Akhirnya hal tersebut terjadi juga pada teman-temannya.
Cerita selanjutnya menyusul ya…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar